Pembelajaran Jarak Jauh Solusi Pada Masa
Pandemi Covid-19
Oleh : Aris Priyanto, S.T, M.M.
Indonesia dan banyak Negara di dunia tahun ini
tengah mengalami musibah besar, berupa penyakit yang disebabkan oleh virus
jenis baru yang dikenal dengan istilah COVID-19 (Corona Virus Diseases).
Virus Corona membuat aktivitas manusia berubah total untuk beberapa minggu
bahkan bulan. Perubahan ini terjadi pada banyak aspek, mulai dari aktivitas
perekonomian, industri, sosial, bahkan pendidikan.
Aktivitas manusia dalam mengenyam pendidikan
biasanya identik dengan interaksi secara langsung (tatap muka) antara guru dan
juga siswa-siswi di gedung sekolah. Menyampaikan bahan ajar dan menerima materi
pelajaran, kegiatan tanya jawab, diskusi, presentasi, dan segala macam metode
pembelajaran kreatif digunakan guru agar pembelajaran di lingkungan sekolah
dapat berjalan efektif dan menarik hati peserta didik.
Namun sayangnya, virus Corona membuat suasana belajar di bangku sekolah sirna untuk beberapa waktu lamanya, pembelajaran tatap muka, kini beralih pada kegiatan belajar tatap maya. Guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengemas pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi. Sementara siswa, dituntut untuk tetap aktif dan disiplin dalam pembelajaran online atau terjemahan bahasa yaitu daring (dalam jaringan).
Tapi ternyata, untuk sebagian masyarakat
perkembangan teknologi dan segala kecanggihannya justru terasa menyulitkan.
Seperti pada kegiatan belajar mengajar yang mengharuskan guru dan siswa
menggunakan Handphone ataupun laptop sebagai alat penunjang,
tentunya tak lupa kuota internet untuk mengakses info perintah belajar. Mungkin
jika hanya satu hari atau satu minggu bisa saja terasa nyaman dan
menyenangkan. Tidak perlu susah payah bersuara keras untuk sekedar menjelaskan
materi agar siswa memahami, tidak perlu lelah memikirkan tingkah siswa-siswi
yang terkadang menyulut emosi, dan tak perlu menghabiskan banyak tenaga untuk
melangkah ke sekolah. Para siswa juga tentu setuju, jika pada pekan pertama,
mereka merasa senang karena belajar beralih di rumah. Tidak perlu bergegas
mandi terlalu pagi untuk siap-siap ke sekolah, tidak perlu datang lebih awal
agar tidak terkena hukuman, tidak perlu menahan kantuk karena mendengar
penjelasan guru yang terlalu panjang, atau tugas diskusi dan presentasi
yang bisa membuat mereka grogi tak terkendali.
Iya, kenyamanan itu terjadi hanya pada pekan
awal saja, saat Pemerintah mengumumkan untuk belajar dari rumah dengan jeda
tidak lebih dari satu bulan. Tetapi seiring berjalannya waktu, ternyata virus
corona mampir di Indonesia lebih lama dari yang kita semua kira, tujuh bulan
berjalan para siswa belajar dari rumah dan entah akan sampai kapan.
Rasa bosan mulai menyelimuti para siswa,
keluhan dari para orangtua pun kerapkali muncul. Mulai dari masalah jaringan,
biaya kuota internet yang mahal, laptop yang mengalami kerusakan, handphone hasil
pinjaman, hingga perasaan malas belajar kian hari kian menghantui. Ternyata,
gurupun mengalami hal serupa, terlebih hampir setiap hari harus memikirkan
terkait bahan ajar dan metode yang tepat, agar materi dapat diterima dengan
baik dan siswa dapat memahaminya.
Oleh karena hal tersebut, pendidikan dalam
jaringan benar-benar menjadi tantangan besar. Semua elemen masyarakat terlibat
dalam mewujudkan proses belajar dan mengajar di masa Pandemi, sebab
bagaimanapun juga pendidikan merupakan hal yang sangat vital dalam mementukan
masa depan bangsa.
Lantas, hal apa saja yang kiranya dapat
dilakukan? agar guru dapat menjadi seorang Pendidik yang tidak hanya khatam dalam
menguasai materi, tetapi juga mampu menjawab tantangan zaman yaitu dengan
menguasai teknologi untuk kepentingan dalam dunia pendidikan.
Berikut merupakan beberapa cara yang menurut
saya dapat diterapkan oleh para guru, guna kelancaran proses pembelajaran
selama masa Pandemi:
1.
Hendaknya guru membiasakan diri untuk mengikuti
berbagai seminar atau workshop secara daring (webinar) untuk
menambah wawasan tentang pembelajaran di era New Normal.
2.
Merancang materi ajar sekreatif mungkin (baik
dalam bentuk power point, pdf, atau bahkan video)
3.
Memanfaatkan social media (facebook,
instagram, google+, youtube, dll) atau social messaging (whatsapp,
telegram, dll) sebagai media belajar agar dalam proses belajar tidak monoton.
4.
Mencoba dengan melakukan tatap maya/video
conference pada pertemuan belajar tertentu.
5.
Tidak membebani siswa dengan setumpuk tugas di
setiap pertemuan.
6.
Mengimplemtasikan pendidikan karakter sesuai
mata pelajaran pada siswa agar tidak terfokus pada buku/catatan/tayangan materi
formal saja.
7.
Menerapkan komunikasi serius tapi santai kepada
siswa, agar mereka tidak merasa tegang dengan cara pengajaran yang dilakukan
guru.
8.
Memberikan respon kepada siswa yang telah tunai
dalam melaksanakan tugas atau perintah belajar, agar mereka merasa dihargai dan
tidak merasa sia-sia mengerjakan tugas sekolah meski secara daring.
Transformasi digital memang bukan pilihan,
tetapi sebuah keharusan, dan merupakan tugas kita bersama selaku Pendidik untuk
mau belajar lagi dan lagi menghadapi perkembangan teknologi. Sementara tugas
orang tua, membimbing anak-anaknya dengan penuh sabar dan tulus agar tidak
merasa jenuh untuk belajar sebagai langkah menata masa depan mereka. Terlebih
untuk siswa, sebagai pribadi yang memegang kendali penuh untuk merangkai mozaik
masa depan mereka sendiri.
Pandemi Covid-19 kiranya bisa menjadi pintu masuk
untuk mengubah pembelajaran tekstual menjadi kontekstual. Pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi pelajaran
dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan dapat menemukan dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru sesuai dengan pengetahuan yang
mereka miliki. Dengan demikian, mereka akan lebih memahami dan lebih memaknai
pengetahuannya.
Dalam pelajaran matematika bisa diasah kemampuan membuat grafik perkembangan pandemi Covid-19 beserta prediksinya. Melalu pelajaran seni budaya bisa dilatih menganalisis dampak Covid-19 terhadap perkembangan seni pertunjukan dan alternatif solusinya. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia dilatih membuat proposal menggali dana bantuan untuk penanggulangan pandemi Covid-19 atau membuat puisi, artikel, cerpen diharmonikan dengan situasi yang baru terjadi.
Dengan demikian, ketika peserta didik diasah kemampuannya untuk melihat dunia nyata dan memviralkan kepada publik melalui hasil analisisnya, sudah membuktikan nilai penguatan pendidikan karakter terutama nilai integritas sebagai aspek ungkapan bela rasa maupun empati kepada sesama.
Harapannya, jangan sampai pembelajaran daring hanya menghasilkan peserta didik sebagaimana robot yang hanya melulu mengerjakan latihan soal dengan seabreg tugas-tugas tanpa mampu berpikir dalam level tinggi.
Untuk itu keberhasilan pembelajaran daring tersebut perlu adanya kerjasama sinergis antara guru, sekolah, orang tua, dan peserta didik. Sekolah perlu menaruh kepedulian kepada orang tua peserta didik yang tidak mampu membeli kuota atau tidak memiliki ponsel memadai dengan memfasilitasi, agar pembelajaran daring bisa berjalan optimal.
Di samping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa krisis Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orang tua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar