Ads

Wikipedia

Hasil penelusuran

Tampilkan postingan dengan label KELAS XI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KELAS XI. Tampilkan semua postingan

Kamis, 05 Agustus 2021

MAPEL KIMIA BAB 11 Sistem Koloid

 Pada artikel kali ini, kita akan belajar tentang materi koloid, mulai pengertian, jenis-jenis, cara pembuatan, sampai manfaat koloid dalam kehidupan. So, tunggu apa lagi, buruan simak materi koloid di bawah ini!

Pengertian Koloid


Sistem koloid merupakan campuran antara dua zat yang memiliki perbedaan fase dengan partikel terdispersinya (terlarut) tersebar merata di dalam fase pendispersi (pelarut). Koloid termasuk dalam campuran metastabil. Artinya, campuran ini seolah-oleh stabil, tetapi akan memisah dalam waktu tertentu. Ukuran partikel koloid berada di antara larutan dan suspensi, yaitu sekitar 1-100 nm. Untuk membedakan antara larutan, koloid, dan suspensi, perhatikan tabel berikut.

Ternyata, koloid terdiri dari beberapa jenis, lho. Ingin tahu apa saja?

Jenis-jenis Koloid


Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya, koloid dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.

1. Aerosol

Aerosol merupakan jenis koloid di mana fase terdispersinya berupa zat padat atau cair dan medium pendispersinya berupa gas. Jika fase terdispersinya padat, maka disebut aerosol padat. Jika fase terdispersinya cair, maka disebut aerosol cair. Contoh koloid jenis aerosol adalah minyak wangi (parfum), obat nyamuk semprot, dan cat semprot.

2. Sol

Sol merupakan jenis koloid di mana fase terdispersinya berupa zat padat, sedangkan medium pendispersinya berupa zat cair atau zat padat. Jika medium pendispersinya zat padat, disebut sol padat. Contoh koloid jenis sol cair adalah tinta, sol belerang, dan sol emas. Contoh sol padat adalah kaca hitam, intan hitam, dan paduan logam.

3. Emulsi

Emulsi merupakan jenis koloid di mana fase terdispersinya zat cair dan medium pendispersinya juga zat cair. Lalu, apa bedanya dengan larutan? Pada emulsi, kedua zat cair tidak saling melarutkan. Hal itu karena adanya peran zat pengemulsi. Contoh emulsi adalah kasen di dalam susu, kuning telur, santan, dan mayones.

4. Buih

Buih merupakan jenis koloid di mana fase terdispersinya berupa gas, sementara medium pendispersinya berupa zat cair. Jika medium pendispersinya berupa zat padat, maka disebut buih padat. Contoh koloid jenis buih ini adalah sabun, detergen, karet busa (buih padat), dan batu apung (buih padat).

5. Gel

Gel merupakan jenis koloid yang terbentuk dari campuran zat padat dan zat cair. Gel terbentuk karena fase terdispersi mampu mengadsorbsi medium pendipersinya. Contoh gel adalah agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Berdasarkan sifat elastisitasnya, gel dibagi menjadi dua, yaitu gel elastis dan non-elastis.
Agar Quipperian lebih paham tentang jenis-jenis koloid, perhatikan tabel berikut.

Sifat-sifat Koloid


Sebagai hasil campuran antara dua zat, tentu koloid memiliki sifat spesifik yang berbeda dari sifat zat pembentuknya. Adapun sifat-sifat koloid adalah sebagai berikut.

1. Efek Tyndall

Efek Tyndall ditemukan oleh seorang ilmuwan asal Inggris, yaitu John Tyndall. Efek Tyndall merupakan gejala terhamburnya berkas sinar/cahaya oleh partikel koloid. Oleh karena itu, efek ini bisa digunakan untuk membedakan antara koloid dan larutan.

2. Gerak Brown

Pada tahun 1827, seorang botanis asal Skotlandia, Robert Brown, berhasil mengamati gerakan partikel koloid. Pengamatan itu membuktikan bahwa partikel koloid tidak pernah berada pada kondisi stasioner (diam), melainkan akan bergerak dengan lintasan lurus dan arahnya tak menentu. Jika diamati melalui mikroskop ultra, gerakan partikel koloid berbentuk zigzag. Pergerakan inilah yang disebut gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Contoh gerak Brown ini bisa Quipperian lihat saat partikel debu bergerak melewati celah jendela yang terkena sinar Matahari. Jika diperhatikan, partikel debu tersebut akan senantiasa bergerak tanpa henti dan lintasannya berbentuk lurus.

3. Adsoprsi

Adsoprsi adalah peristiwa terserapnya ion atau senyawa lain oleh permukaan koloid. Contohnya saat Quipperian menjernihkan air menggunakan tawas. Tawas digunakan sebagai penjernih air karena memiliki kemampuan untuk menyerap polutan di dalam air.

4. Muatan koloid

Koloid dibedakan menjadi dua berdasarkan muatannya, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.

5. Koagulasi koloid

Koagulasi merupakan peristiwa menggumpalnya koloid membentuk endapan. Terjadinya koagulasi dipengaruhi oleh pemanasan, pendinginan, pengadukan, atau penambahan asam. Contoh koagulasi adalah saat Quipperian menambahkan sedikit senyawa asam ke dalam susu. Akibat penambahan asam tersebut, susu akan mengalami penggumpalan membentuk suatu endapan.

6. Koloid pelindung

Koloid pelindung adalah koloid yang mampu melindungi koloid lain agar tidak mengalami koagulasi.

7. Dialisis

Dialisis merupakan proses pemisahan koloid dari ion-ion pengotornya. Dialisis ini dilakukan dengan cara mengalirkan cairan melalui membran semipermeabel yang berfungsi sebagai penyaring.

8. Elektroforesis

Elektroforesis, yaitu metode untuk memisahkan partikel koloid bermuatan menggunakan arus listrik. Hasil elektroforesis ini bisa digunakan untuk mengetahui jenis muatan koloid.

9. Koloid liofil dan liofob

Koloid liofil merupakan koloid yang mampu mengadsorpsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekitar koloid, contohnya agar-agar. Koloid liofob merupakan koloid yang tidak mengadsorpsi cairan, dengan syarat cairan tersebut harus netral (tidak bermuatan).

Cara Pembuatan Koloid


Adapun cara pembuatan koloid adalah sebagai berikut.

1. Cara kondensasi

Cara kondensasi merupakan cara untuk membentuk koloid melalui proses penggumpalan partikel larutan agar menjadi partikel koloid. Penggumpalan tersebut bisa dilakukan dengan metode berikut.

  • Reaksi pengendapan

Reaksi pengendapan dilakukan dengan cara mencampurkan larutan elektrolit agar dihasilkan endapan, contohnya sebagai berikut.

  • Reaksi hidrolisis

Reaksi hidrolisis dilakukan dengan cara mencampurkan suatu zat dengan air, contohnya sebagai berikut.

  • Reaksi redoks

Sistem koloid juga dapat dibentuk dari reaksi redoks, contohnya sebagai berikut.

  • Reaksi pergeseran

Contoh reaksi pergeseran bisa Quipperian lihat pada proses pembuatan sol As2S3. Sol As2S3 dibuat dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan H3AsO3 encer pada suhu tertentu. Adapun contoh reaksinya adalah sebagai berikut.

  • Reaksi penggantian pelarut

Pembuatan koloid jenis ini bisa Quipperian lihat pada pembuatan gel kalsium asetat di mana larutan kalsium asetat harus ditambahkan alkohol 96% agar terbentuk gel kalsium asetat.

2. Cara dispersi

Cara dispersi kebalikan dari kondensasi, yaitu dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi agar menjadi partikel koloid. Cara dispersi ini bisa dilakukan dengan beberapa metode berikut.

  • Cara mekanik

Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan menggunakan penggilingan atau penggerusan partikel suspensi. Dengan demikian, akan dihasilkan partikel yang lebih kecil dan lembut. Contoh pembuatan partikel koloid dengan cara mekanik adalah sebagai berikut.
1) Gumpalan tawas yang sudah digiling akan membentuk koloid saat dicampurkan dengan air.
2) Karbon dihaluskan dengan penggiling koloid agar dihasilkan tinta.
3) Belerang dan gula dihaluskan dalam penggiling koloid, sehingga dihasilkan sol belerang.

  • Cara peptisasi

Koloid bisa dibentuk melalui proses peptisasi, yaitu dengan menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan mengalami pemecahan oleh zat kimia. Adapun contoh peptisasi adalah sebagai berikut.
1) Sol Fe(OH)3dipeptisasi oleh FeCl3.
2) Sol NiS dipeptisasi oleh H2S.
3) Karet dipeptisasi oleh bensin.

  • Cara busur bredia/bredig

Cara busur bredia dilakukan dengan mencelupkan dua kawat logam yang dialiri arus listrik ke dalam air. Dengan demikian, kawat tersebut akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.

  • Cara ultrasonik

Pada prinsipnya, cara ini hampir sama dengan cara mekanik, hanya saja proses penghancuran partikel besarnya menggunakan gelombang ultrasonik.

Manfaat Koloid dalam Kehidupan


Setelah belajar tentang pengertian koloid sampai cara pembuatannya, kini saatnya Quipperian belajar materi koloid mengenai manfaatnya dalam kehidupan. Tak disangka, keberadaan koloid erat sekali dengan kehidupan, contohnya sebagai berikut.

  1. Koloid biasa digunakan dalam industri kosmetik untuk membuat foundation, sampo, pembersih wajah, deodoran, dan pelembab badan.
  2. Dalam industri tekstil, koloid biasa dimanfaatkan dalam bentuk sol untuk membuat warna pakaian.
  3. Dalam industri farmasi, koloid digunakan dalam bentuk sol untuk membuat obat-obatan.
  4. Dalam industri sabun, koloid dihasilkan dalam bentuk emulsi, contohnya sabun dan detergen.
  5. Dalam industri makanan, koloid bisa ditemukan dalam kecap, saus, susu, mayones, dan mentega.
  6. Elektroforesis bisa digunakan untuk mengidentifikasi DNA.

MAPEL KIMIA BAB 3 Hukum Hess

 

Hukum Hess adalah

Hukum Hess – Pengertian, Rumus, Penerapan dan Contoh – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Hukum Hess yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian, bunyi, rumus, penerapan dan contoh, nah agar dapat lebih memahami dan dimengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini.
Hukum Hess

Pengertian Hukum Hess





Baca Cepat  tampilkan 

Hukum Hess adalah hukum yang digunakan untuk menentukan besarnya perubahan entalpi suatu reaksi. Dalam hukum Hess, nilai perubahan entalpi dinyatakan sebagai fungsi keadaan (∆H). Menurut hukum ini, karena perubahan entalpi merupakan fungsi keadaan maka perubahan reaksi kimia akan bernilai sama meskipun langkah-langkah yang diperlukan untuk menghasilkan hasil reaksi berbeda.

Bunyi Hukum Hess

“Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia tidak tergantung pada jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir”.


Rumus Hukum Hess

Berdasarkan percobaan-percobaan yang telah dilaku- kannya, pada tahun 1840 Germain Hess (1802-1850) merumuskan:


Diketahui diagram Hess reaksi A → C

diagram Hess

Perubahan A menjadi C dapat berlangsung 2 tahap. Tahap I (secara Iangsung)

A      →      C          AH1


Tahap II (secara tidak langsung)

Tahap II (secara tidak langsung)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hukum Hess

Faktor-faktor yang mempengaruhi hukum hess yaitu:

  1. Jumlah zat yang bereaksi, jumlah zat yang bereaksi di dalam kalorimeter akan mempengaruhi panas yang dihasilkan.
  2. Suhu atau temperatur, semakin tinggi suhu yang dihasilkan maka menyebabkan perubahan entalpinya semakin meningkat.
  3. Jenis reaksi, suatu jenis reaksi yang dihasilkan apakah endoterm atau eksoterm mempengaruhi perubahan entalpi.
  4. Pelarut, pelarut yang memiliki titik didih tinggi akan mempengaruhi reaksi yang terjadi di dalam kalorimeter.
  5. Sifat zat, sifat zat yang beraksi, sifat mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan kecepatan berlangsung reaksi. Secara umum, dinyatakan bahwa yang pertama reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara ion-ion yang muatannya berlawanan dan yang kedua reaksi antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat. Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi tersebut dibutuhkan energi untuk memutuskan ikatan-ikata kovalen yang terdapat dalam molekul zat yang bereaksi.
  6. Konsentrasi, konsenstrasi dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa semakin cepat reaksi berlangsung. Semakin besar konsentrasi semakin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga semakin besar pula kemungkinan terjadi reaksi.
  7. Perubahan tekanan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kelarutan suatu zat cair atau zat padat dalam pelarut cair tetapi pada kelarutan gas selalu bertambah dengan bertambahnya tekanan.
  8. Katalisator, zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi akan tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen dengan kata lain akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
  9. Kalor, kalor metupakan panas yang mempengaruhi hukum hess, karena kalor akan mempengaruhi saat perhitungan untuk menentukan arah 1 dan arah 2.
  10. Pengadukan dan pengocokan, semakin continue atau cepat pengadukan yang dilakukan semakin besar nilai entalpi baik pada arah 1 dan arah 2.

  1. Penerapan Hukum Hess

Berikut ini terdapat beberapa penerapan hukum hess, terdiri atas:

  • Kita dapat mengkombinasikan beberapa reaksi yang telah diketahui entalpinya untuk memperoleh entalpi reaksi yang kita cari.
  • Kebalikan dari suatu reaksi mengakibatkan perubahan tanda entalpi, artinya jika suatu reaksi berjalan secara eksoterm maka kebalikan reaksi tersebut adalah endoterm dengan tanda entalpi yang saling berlawanan.
  • Jika suatu reaksi dikalikan dengan suatu bilangan maka entalpi reaksi tersebut juga harus dikalikan dengan bilangan yang sama.

Contoh Soal Hukum Hess

Berikut ini terdapat beberapa contoh soal hukum hess, terdiri atas:


1. Diketahui diagram siklus Hess

Diketahui diagram siklus Hess


Jawab:
Jawaban No 1


2. Contoh Soal No.2

Contoh Soal No. 2



Demikianlah pembahasan mengenai Hukum Hess – Pengertian,Rumus, Penerapan dan Contoh semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂


MAPEL KIMIA BAB 11 Sistem Koloid

  Pada artikel kali ini, kita akan belajar tentang materi koloid, mulai pengertian, jenis-jenis, cara pembuatan, sampai manfaat koloid dalam...