Ads

Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 23 Oktober 2020

CONTOH ESSAY , Pembelajaran Jarak Jauh Solusi Pada Masa Pandemi Covid-19

 

Pembelajaran Jarak Jauh Solusi Pada Masa Pandemi Covid-19

Oleh : Aris Priyanto, S.T, M.M.

 

Indonesia dan banyak Negara di dunia tahun ini tengah mengalami musibah besar, berupa penyakit yang disebabkan oleh virus jenis baru yang dikenal dengan istilah COVID-19 (Corona Virus Diseases). Virus Corona membuat aktivitas manusia berubah total untuk beberapa minggu bahkan bulan. Perubahan ini terjadi pada banyak aspek, mulai dari aktivitas perekonomian, industri, sosial, bahkan pendidikan.

Aktivitas manusia dalam mengenyam pendidikan biasanya identik dengan interaksi secara langsung (tatap muka) antara guru dan juga siswa-siswi di gedung sekolah. Menyampaikan bahan ajar dan menerima materi pelajaran, kegiatan tanya jawab, diskusi, presentasi, dan segala macam metode pembelajaran kreatif digunakan guru agar pembelajaran di lingkungan sekolah dapat berjalan efektif dan menarik hati peserta didik.

Namun sayangnya, virus Corona membuat suasana belajar di bangku sekolah sirna untuk beberapa waktu lamanya, pembelajaran tatap muka, kini beralih pada kegiatan belajar tatap maya. Guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengemas pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi. Sementara siswa, dituntut untuk tetap aktif dan disiplin dalam pembelajaran online atau terjemahan bahasa yaitu daring (dalam jaringan).

Tapi ternyata, untuk sebagian masyarakat perkembangan teknologi dan segala kecanggihannya justru terasa menyulitkan. Seperti pada kegiatan belajar mengajar yang mengharuskan guru dan siswa menggunakan Handphone ataupun laptop sebagai alat penunjang, tentunya tak lupa kuota internet untuk mengakses info perintah belajar. Mungkin jika  hanya satu hari atau satu minggu bisa saja terasa nyaman dan menyenangkan. Tidak perlu susah payah bersuara keras untuk sekedar menjelaskan materi agar siswa memahami, tidak perlu lelah memikirkan tingkah siswa-siswi yang terkadang menyulut emosi, dan tak perlu menghabiskan banyak tenaga untuk melangkah ke sekolah. Para siswa juga tentu setuju, jika pada pekan pertama, mereka merasa senang karena belajar beralih di rumah. Tidak perlu bergegas mandi terlalu pagi untuk siap-siap ke sekolah, tidak perlu datang lebih awal agar tidak terkena hukuman, tidak perlu menahan kantuk karena mendengar penjelasan guru yang terlalu panjang, atau tugas diskusi dan  presentasi yang bisa membuat mereka grogi tak terkendali.

Iya, kenyamanan itu terjadi hanya pada pekan awal saja, saat Pemerintah mengumumkan untuk belajar dari rumah dengan jeda tidak lebih dari satu bulan. Tetapi seiring berjalannya waktu, ternyata virus corona mampir di Indonesia lebih lama dari yang kita semua kira, tujuh bulan berjalan para siswa belajar dari rumah dan entah akan sampai kapan.

Rasa bosan mulai menyelimuti para siswa, keluhan dari para orangtua pun kerapkali muncul. Mulai dari masalah jaringan, biaya kuota internet yang mahal, laptop yang mengalami kerusakan, handphone hasil pinjaman, hingga perasaan malas belajar kian hari kian menghantui. Ternyata, gurupun mengalami hal serupa, terlebih hampir setiap hari harus memikirkan terkait bahan ajar dan metode yang tepat, agar materi dapat diterima dengan baik dan siswa dapat memahaminya.

Oleh karena hal tersebut, pendidikan dalam jaringan benar-benar menjadi tantangan besar. Semua elemen masyarakat terlibat dalam mewujudkan proses belajar dan mengajar di masa Pandemi, sebab bagaimanapun juga pendidikan merupakan hal yang sangat vital dalam mementukan masa depan bangsa.

Lantas, hal apa saja yang kiranya dapat dilakukan? agar guru dapat menjadi seorang Pendidik yang tidak hanya khatam dalam menguasai materi, tetapi juga mampu menjawab tantangan zaman yaitu dengan menguasai teknologi untuk kepentingan dalam dunia pendidikan.

Berikut merupakan beberapa cara yang menurut saya dapat diterapkan oleh para guru, guna kelancaran proses pembelajaran selama masa Pandemi:

1.      Hendaknya guru membiasakan diri untuk mengikuti berbagai seminar atau workshop secara daring (webinar) untuk menambah wawasan tentang pembelajaran di era New Normal.

2.      Merancang materi ajar sekreatif mungkin (baik dalam bentuk power point, pdf, atau bahkan video)

3.      Memanfaatkan social media (facebook, instagram, google+, youtube, dll) atau social messaging (whatsapp, telegram, dll) sebagai media belajar agar dalam proses belajar tidak monoton.

4.      Mencoba dengan melakukan tatap maya/video conference pada pertemuan belajar tertentu.

5.      Tidak membebani siswa dengan setumpuk tugas di setiap pertemuan.

6.      Mengimplemtasikan pendidikan karakter sesuai mata pelajaran pada siswa agar tidak terfokus pada buku/catatan/tayangan materi formal saja.

7.      Menerapkan komunikasi serius tapi santai kepada siswa, agar mereka tidak merasa tegang dengan cara pengajaran yang dilakukan guru.

8.      Memberikan respon kepada siswa yang telah tunai dalam melaksanakan tugas atau perintah belajar, agar mereka merasa dihargai dan tidak merasa sia-sia mengerjakan tugas sekolah meski secara daring.

Transformasi digital memang bukan pilihan, tetapi sebuah keharusan, dan merupakan tugas kita bersama selaku Pendidik untuk mau belajar lagi dan lagi menghadapi perkembangan teknologi. Sementara tugas orang tua, membimbing anak-anaknya dengan penuh sabar dan tulus agar tidak merasa jenuh untuk belajar sebagai langkah menata masa depan mereka. Terlebih untuk siswa, sebagai pribadi yang memegang kendali penuh untuk merangkai mozaik masa depan mereka sendiri.

Pandemi Covid-19 kiranya bisa menjadi pintu masuk  untuk mengubah pembelajaran tekstual menjadi kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan dapat menemukan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Dengan demikian, mereka akan lebih memahami dan lebih memaknai pengetahuannya.

 Dalam pelajaran matematika bisa diasah kemampuan membuat grafik perkembangan pandemi Covid-19 beserta prediksinya. Melalu pelajaran seni budaya bisa dilatih menganalisis dampak Covid-19 terhadap perkembangan seni pertunjukan dan alternatif solusinya. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia dilatih membuat proposal menggali dana bantuan untuk penanggulangan pandemi Covid-19 atau membuat puisi, artikel, cerpen diharmonikan dengan situasi yang baru terjadi. 

 Dengan demikian, ketika peserta didik diasah kemampuannya untuk melihat dunia nyata dan memviralkan kepada publik melalui hasil analisisnya, sudah membuktikan nilai penguatan pendidikan karakter terutama nilai integritas sebagai aspek ungkapan bela rasa maupun empati kepada sesama.

 Harapannya, jangan sampai pembelajaran daring hanya menghasilkan peserta didik sebagaimana robot yang hanya melulu mengerjakan latihan soal dengan seabreg tugas-tugas tanpa mampu berpikir dalam level tinggi. 

 Untuk itu keberhasilan pembelajaran daring tersebut  perlu adanya kerjasama sinergis antara guru, sekolah, orang tua, dan peserta didik. Sekolah perlu menaruh kepedulian kepada orang tua peserta didik yang tidak mampu membeli kuota atau tidak memiliki ponsel memadai dengan memfasilitasi, agar pembelajaran daring bisa berjalan optimal.

 Di samping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa krisis Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orang tua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif. 

 



Kamis, 22 Oktober 2020

CARA-CARA MENULIS ESSAY

 

BAGAIMANA MENULIS ESAI ?



BAGAIMANA MENULIS ESAI ?

Definisi Esai


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI), esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Secara umum, esai adalah sebuah tulisan prosais yang menyajikan gagasan subjektif-personal tentang suatu masalah berdasarkan sudut pandang pribadi penulisnya. Dengan pengertian lain, esai adalah tulisan berisi opini atau pendapat seseorang terhadap sebuah permasalahan aktual atau menarik perhatian. Tulisan jenis esai lebih mengutamakan ketajaman analisis, interpretasi, dan refleksi dengan kedalaman uraian disertai kekuatan argumentasi.  

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa esai merupakan tulisan prosa yang bersifat subjektif atau argumentatif dalam penyampaiannya. Sebuah esai merupakan suatu penilaian, pandangan, pendirian, atau evaluasi penulis terhadap suatu hal untuk kemudian diambil kesimpulan. Di dalam esai harus mengandung fakta atau fenomena yang dikritisi. Menulis esai bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar percaya terhadap pendapat, pendirian, atau penilaian kita tentang suatu hal. Dengan tujuan tersebut, pendapat yang dituangkan dalam esai hendaknya disertai dengan data-data atau fakta yang menunjang agar pembaca yakin terhadap pendapat penulis.

Esai ditulis dengan gaya dan ciri personal atau individual penulisnya. Gaya dan ciri itu menjadi pembeda pada setiap esai yang ditulis oleh setiap orang. Sebagai suatu bentuk karangan, esai dapat bersifat informal dan formal. Esai informal menggunakan bahasa populer, yaitu bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh banyak kalangan untuk berkomunikasi langsung dengan pembacanya. Adapun esai formal, menggunakan pendekatan yang agak serius. Dalam esai formal, pengarang menggunakan bahasa baku atau standar dan sangat memperhatikan persyaratan penulisan. Namun, baik esai informal maupun esai formal, penulis harus tetap menggunakan bahasa yang baik dan benar serta menghindari penggunaan bahasa figuratif, konotatif, atau bahasa kiasan agar tujuan menyajikan isi tulisan dapat dipahami dengan baik.

Ciri-ciri Esai
Pada umumnya, suatu karya tulis bisa digolongkan ke dalam bentuk esai, apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Tulisan dalam bentuk prosa (paparan) yang diwujudkan dalam sejumlah paragraf, bukan puisi dan bukan prosa fiktif.
2. Tulisan yang tidak terlalu panjang atau relatif singkat yang dapat dibaca dalam waktu singkat, tetapi padat dan membahas atau mengkaji sesuatu yang sedang hangat dibincangkan, menarik, atau penting untuk dibahas dan ditulis.
3. Tulisan personal yang subjektif tentang sesuatu masalah aktual, menarik, dan penting dengan kekuatan analisis, interpretasi, dan refleksi.
4. Tulisan yang bersifat formal dan informal dengan membawa ciri personal, nada pribadi, dan gaya khas sesuai dengan karakter penulisnya yang berbeda dengan penulis lain.
5. Tulisan yang berisi pendapat, pandangan, pikiran, sikap, pendirian penulis tentang suatu hal untuk diperbincangkan dengan fakta, ketajaman gagasan, dan kekuatan argumentasi.
6. Tulisan yang memiliki tiga struktur umum, yaitu pendahuluan/pengantar, isi, dan penutup/kesimpulan.

Struktur Esai
Sebuah esai setidaknya harus mencakup tiga unsur, yaitu pendahuluan/pengantar (introductory), isi (body), dan penutup/kesimpulan (concluding). Untuk mempermudah pemahaman dalam penulisan, sebaiknya esai ditulis dengan menggunakan pola pikir penataan paragraf. Dalam sebuah paragraf teradapat tiga kompenen utama, yaitu kalimat pokok/utama, kalimat-kalimat pengembang/penjelas, dan kalimat penegas. Dalam esai terdapat paragraf pembuka/pengantar/pendahuluan (introductory paragraph), paragraf-paragraf isi (body paragraphs), dan paragraf penutup (concluding paragraph). Berikut ini salah satu contoh struktur esai.

Paragraf Pendahuluan/Pengantar:
-Kalimat utama berisi gagasan pokok tentang topik.
-Kalimat-kalimat penjelas/pengembang berupa gagasan, pendapat, sakap yang mendukung gagasan utama.
-Kalimat penegas

Paragraf-paragraf Isi Esai:
-Kalimat utama
-Kalimat-kalimat penjelas
-Kalimat penegas

-Kalimat utama
-Kalimat-kalimat penjelas
-Kalimat penegas
(Semua paragraf isi menjelaskan, memaparkan, mengupas, memerikan gagasan utama dan gagasan penjelas pada paragraf pendahuluan).

Paragraf Penutup:
-Kalimat utama
-Kalimat-kalimat penjelas
-Kalimat penegas
(Paragraf penutup berisi kesimpulan/ rangkuman).

Pada struktur itu, bagian pendahuluan atau pengantar dituangkan dalam satu atau dua paragraf. Isi bagian pengantar berupa pernyataan topik atau pokok masalah yang berfungsi mendudukan inti bahasan dan memberi gambaran umum tentang isi kepada pembaca. Bagian ini menjadi inti dan kendali uraian pada bagian selanjutnya. Fungsi bagian pendahuluan  ialah : memberi identitas masalah yang dibahas, menarik perhatian pembaca, memberi indikasi gagasan yang akan diungkapkan, menunjukkan bagaimana masalah akan dipaparkan, dan memberi kerangka berpikir tentang  masalah yang akan dibahas. Pada bagian pengantar, sebaiknya tidak menggunakan bullet atau numbering, tetapi dalam bentuk paragraf. Inisiatif penulisan bagian pengantar bisa dalam bentuk pernyataan universal, analogi, anekdot, kutipan, kondisi umum, informasi ganjil, pertanyaan, kata kiasan, temuan data, definisi, atau putar balik.

Bagian isi esai (body paragraphs) berisi sekumpulan paragraf yang menguraikan gagasan pokok pada paragraf pengantar dengan pendapat, pikiran, pendirian, penilaian, analisis, interpretasi, pembahasan yang bertujuan menjelaskan topik atau pokok masalah yang sudah dikemukakan pada bagian pendahuluan. Gagasan, opini, interpretasi, pembahasan penulis disertai fakta dan argumentasi yang kuat dan ditambah dengan wawasan dan kreativitas berfikir. Hal ini akan menguatkan isi esai yang kita tulis. 

Dalam menulis bagian isi, sangat penting untuk menyusun struktur isi sebaik mungkin. Perlu dibuat susunan isi yang berkaitan dengan setiap bagian yang terdapat pada bagian pendahuluan. Apabila pada bagian pendahuluan telah ditulis kalimat-kalimat pokok masalah, maka uraian bagian isi terfokus pada masalah tersebut. Pada bagian isi, setiap paragraf harus mengusung kepaduan (unity), yaitu mengupas topik utama; memiliki kesatuan ide (coherence), yaitu mendemonstrasikan kebertalian dan kelogisan ide atau alur pikir; dan kontrol ide agar tidak melebar ke luar topik. Pengembangan bagian isi bisa disusun dengan beragam cara, yaitu dengan : uraian contoh, klasifikasi, cause-effect, perbandingan, kronologis, atau deskripsi.

Bagian penutup atau kesimpulan (concluding paragraph) berisi konfirmasi/pernyataan ulang, rangkuman, atau kesimpulan akhir, yang berisi ringkasan yang mencakup keseluruhan isi esai, juga merupakan penutup esai. Paragraf pada bagian penutup bisa disajikan dengan beragam cara, antara lain dengan : menyatakan ulang poin-point penting, generalisasi permasalahan, simpulan dulu-ke-kini, penilaian situasi terkini, pengharapan, spekulasi, kutipan, prediksi, dan lain-lain.

Tipe-tipe Esai
Esai ditulis untuk tujuan komunikatif yang dapat disusun dalam berbagai bentuk dan sifat tulisan. Berdasarkan peruntukan dan bentuknya, esai dikembangkan dalam beberapa tipe atau jenis, yaitu : deskriptive, report, explanation, exposition, discussion, procedure, review, narrative, spoof, recount, anecdote, dan new item. Selain itu, dilihat dari tipe lainnya, esai memiliki  jenis lain, yaitu : esai deskriptif, esai tajuk, esai cukilan watak, esai pribadi, esai reflektif, dan esai kritik.

Esai desktiptif bertujuan menuliskan subjek atau segala objek yang menarik perhatian penulis. Penulis mendeskripskan sebuah rumah, tempat rekreasi, sekolah, pemandangan, atau yang lainnya. Sementara, esai tajuk dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai suatu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap suatu topik dan isu dalam masyarakat. Dengan esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca.

Selanjutnya, esai cukilan watak. Esai jenis ini membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Sementara, esai pribadi hampir sama dengan cukilan watak. Akan tetapi, esai jenis ini menulis diri sendiri dengan mengatakan saya, saya adalah saya, atau menggunakan kata saya dalam tulisannya.

Selanjutnya, esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis menggunakan dengan dalam, sungguh-sungguh, serius tentang topik penting yang berhubungan dengan masalah kehidupan atau kemanusiaan. Misalnya, politik, pendidikan, pembangunan, hakekat manusiawi, dan lain-lain. Esai jenis ini umumnya ditulis oleh kalangan intektual dengan sasaran pembaca tertentu. Terakhir, esai kritik. Dalam esai kritik, penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni dan budaya. Misalnya analisis kritis terhadap karya seni lukis, seni tari, seni pahat, seni teater, dan karya sastra dengan menggunakan berbagai pendekatan. Esai jenis ini berguna untuk mengetahui suatu karya dan membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni dan budaya.

Cara Menulis Esai
Menulis esai tidak terlalu sulit, apalagi jika tema tulisan sudah ada, bahan tulisan sudah tersedia, struktur tulisan sudah disusun. Agar menulis esai berjalan dengan lancar, maka diperlukan aktivitas prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Pada prapenulisan, kita harus menentukan tema dan tujuan, mengumpulkan bahan, menyusun outline sebagai urutan inti aktivitasnya. Selanjutnya, tahap penulisan dengan mengembangkan tema sesuai tujuan dan memperhatikan outline. Selanjutnya, pada tahap pascapenulisan, dilakukan editing dan revisi serta penulisan ulang. Berikut ini uraian singkat prosedurnya.

1. Menentukan Tema/Topik
Tema tulisan bisa diambil sebagai pilihan dari tema yang ada atau sebuah tema sebagai ketentuan. Apabila tidak ada tema/topik yang ditentukan untuk ditulis, maka kita mencari dan menentukan tema secara mandiri. Dalam hal ini, seringkali kita bingung dalam menentukan tema. Untuk mengatasi masalah tersebut, disarankan agar kita memilih tema tulisan yang menarik perhatian kita, yang disukai, yang dikuasai, dan yang dipahami. Sehingga, kita akan lebih mudah membuat esai. 

2. Menentukan tujuan tulisan
Tujuan tulisan cukup penting untuk diperhatikan agar tulisan menjadi lebih terarah atau fokus. Apabila telah mengetahui tujuan menulis esai, tentu akan memudahkan kita dalam mencari inspirasi, membuat analisis, memberikan interpretasi, membuat argumen, atau menyusun uraian isi yang akan disajikan.

3. Merumuskan masalah dan melakukan riset data
Merumuskan masalah berarti menganalisis isu apa yang akan diangkat dalam tema/topik yang akan ditulis. Dalam hal ini, perlu dilakukan pengembangan gagasan agar esai bisa menyakinkan pembaca. Pengembagan gagasan dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain dengan membaca beberapa referensi yang relevan dan melakukan riset untuk mencari data atau fakta yang dapat mendukung opini yang kita bangun dalam esai. Sumbernya bisa berasal dari media cetak atau elektronik, buku, tinjauan langsung atau observasi, dan lain-lain. Pertanyaan yang patut diajukan sebagai bahan pertimbangan ialah : apakah bacaan/data ini bermanfaat bagi topik atau gagasan saya? Apakah dapat mendukung gagasan saya? Apakah saya harus membaca sumber lain agar dapat menjawab dan menguraikan tema esai? Apakah sumber bacaan dan data sudah cukup memadai untuk memperkuat kesimpulan yang akan ditulis?

4. Membuat Outline (Kerangka Tulisan)
Tema atau topik ibarat clue dalam tulisan, sedangkan outline ibarat desain atau blue print dalam tulisan. Outline disusun untuk memastikan apakah semua ide yang akan ditulis cukup lengkap,  apakah semua ide kohesif, apakah semua ide disusun dengan sistematis, apakah urutan ide itu logis? 

Outline dapat disusun dalam bentuk kerangka topik atau kerangka kalimat. Dalam outline harus diperhatikan kesederajatan logis, kesetaraan struktur, kepaduan, dan penekanan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah menulis esai, sehingga esai koheren dan tidak keluar jalur dari topik yang dibahas. Selain itu, outline digunakan untuk membuat tulisan menjadi terorganisir dengan menyusun opini dan data ke dalam satu kesatuan.

5. Menulis Esai
Esai ditulis berdasarkan ouline yang telah dibuat. Ikutilah struktur kerangka saat menulis esai secara sistematis dengan memperhatikan bagian pendahuluan, isi/ pembahasan, dan penutup/kesimpulan. Gunakan bahasa yang baik dan benar. Perhatikan penggunaan ejaan, tanda baca, dan diksi yang baik. Gunakan kalimat efektif dan paragraf-paragraf yang baik.

6. Mengedit esai yang telah ditulis
Editing dilakukan untuk memeriksa apakah esai yang kita tulis sudah baik, yaitu dengan memeriksa apakah ide-ide yang ditulis koheren, apakah diksi yang digunakan tepat, apakah kalimat yang digunakan efektif, apakah ejaan dan tanda baca sudah benar, dan lain-lain. Aspek yang diperiksa berkaitan dengan mekanika, bahasa, dan isi dari esai. Kadang-kadang ada perubahan sudut pandang isi yang masih perlu diperkuat dengan sumber baru. Setelah esai diedit, langkah selanjutnya menulis ulang dan melengakapi esai dengan referensi. Cantumkan semua sumber yang dikutip dalam daftar pustaka atau dalam bentuk footnote. Tulis juga identitas penulis esai secara singkat. 

Selamat menulis esai. Literasi maju, pendidikan istimewa.


Cucu Agus Hidayat, S.Pd.,M.Pd.
(Pengurus Komunitas Literasi Purbasari Disdik, Pengurus PGRI Kab. Purwakarta, Kepala SMPN 1 Maniis Purwakarta).

Referensi:
Agus Hidayat, Cucu dan Rikrik Halimatussadiah. 2017. Cara Gampang Menulis Artikel Jurnal Ilmiah. Bandung : MG. Publisher.

Djuharie, Otong Setiawan. 2009. Teknik dan Panduan Menulis Melalui Eksplorasi Model dan Latihan, Essay Writing, Book 3. Bandung : Yrama Widya.

Parera, Jos. Daneil. 1987. Menulis Tertib dan Sistematik, Edisi ke-2. Jakarta : Erlangga.

Rabu, 21 Oktober 2020

MAPEL ENGLISH LM BAB 4 CONDITIONAL SENTENCES TYPE 1,2 & 3

 Conditional Sentences Type 1

Objectives
• Learners are able to understand the use of conditional if (type I) in sentences
• Learners are able to guess possible result from certain present condition or do logical reasoning.
Learn about it!




Look at the following statements and learn what they mean:
If the voters are not satisfied, the election will likely be repeated.
The above sentence means that re-election will likely be done if the voters are not happy with the result.
If the oil price keeps raising, other prices will increase immediately.
The above sentence means that prices of other products will improve very soon if the oil price keeps raising.
If she keeps studying hard, she will pass the exam with good results.
The above sentence means that she will pass the examination with good results if she keeps studying hard.

Conditional Sentences Type 1 is used to make prediction that may happen in the future when certain condition is fulfilled in the present. The predicted situation is as the most possible result to occur. However, when the present condition cannot meet the requirement, the future result won’t exist.
Conditional sentence has two parts: the ‘if clause’ and the main clause. The ‘if clause’ belongs to the present condition that needs to be fulfilled and the main clause belongs to future condition that occurs as the result.



The pattern can also be switched. So, the main clause comes first and then followed by the IF clause.





Keypoints
  • Conditional If (type I) is used to make prediction that may happen in the future when certain condition is fulfilled in the present.
  • The pattern is If + Simple Present for the if clause, and followed by main clause in future tense (will).
  • You need to put a comma when the if clause comes first, but you don not need one when the main clause comes first.
Conditional Sentence Type 2

Objectives
Understand the meaning, form, and use of type 2 conditional sentences in the daily life context.
Learn about it!
You have already learned about type 1 conditional sentence in the previous lesson. In this lesson you will learn about type 2 conditional sentence in daily life context.
Understanding the Meaning of Type 2 Conditional Sentence
Type-2-conditional sentences are commonly used to talk about unreal and impossible conditions. It is called as unreal condition because there is no possibility that the condition stated in the sentence will happen. The sentence is on the contrary with the facts. You may ever imagine at present time about something that is impossible to happen.
Read the following example:
You want to go hiking, but your parents do not allow you to go because of bad weather. Or you imagine you go to the moon and build a satellite tower there, but in fact you are only common student so it is impossible to happen at present time.
Form of Type 2 Conditional Sentence
Conditional sentence consists of two clauses namely main clause and if clause. You can put the main clause as the first clause or in the second clause. Therefore, it’s not important which clause comes first. The tense in the 'if' clause is the simple past, and the tense in the main clause is the present. However, making type 2 conditional sentence requires to present the fact. It happens at the present time.
To construct second conditional sentence, you should pay attention to the form below:
      IF + PAST TENSE, SUBJECT + WOULD + BARE INFINITIVE
Example:
1.     If he had a lot of money, he would buy a car.
It means that he doesn’t have much money and he couldn’t buy a car.
2.     If you brought an umbrella, you would not get wet.
It means that you get wet because you do not bring umbrella.
3.     If I were Agnes Monica, I would be famous.
It means that I am not Agnes Monica and I am not as famous as her.
The sentences above explain how you try to imagine do something is contrary with the facts.
Let's think!
If the “if” clause comes first, you should use a comma. You don’t need to put comma if the “if” clause comes second.

Conditional Sentences Type 3

Objectives
Understanding meaning, structure, and usage of conditional sentences type 3 in daily activity.
Learn about it!
Function
Have you ever regretted about things you did or did not do in the past?
Sometimes in life, we wish that something would have happened differently from reality.
To express this kind of situation in English, there is a certain sentence called ‘conditional sentence (type 3)’. This is what you are going to learn from this lesson.
Take a look at the following example:
If she had studied law in college, she would have become a lawyer.
‘If she had studied law in college’ means she did not study law in college.
And ‘she would have been a lawyer’
 means she is not a lawyer.
The sentence tells us that it is impossible for her to become a lawyer now because she did not study law in college.
Conditional sentence type 3 is used to express an impossible situation and its probable result in the past.
The situation is unreal because it did not happen. This type of conditional expresses the contrary of the reality and most of the time it implies regret. Read another example below.
If I had eaten breakfast, I would not have fainted.
The sentence says “If I had eaten breakfast”, in reality ‘I did not eat breakfast’.
“I would not have fainted” means that in reality ‘I fainted’. The sentence implies ‘my regret for not having breakfast’.
Conditional sentence is divided into two clauses: ‘IF CLAUSE’ and ‘MAIN CLAUSE’.
  • ‘IF CLAUSE’ is the clause with the word ‘if’. It usually indicates the condition.
  • ‘MAIN CLAUSE’ is the rest, the clause without ‘if’. It usually indicates the result. Take a look at the following example:
I would have won the contest if I had practiced more often.
The main clause “I would have won the contest” indicates the probable result of the condition. The condition itself is indicated by if clause, “if I had practiced more often”. The real situation is I did not win the contest and I did not practice more often.
Form
The verb that is used in conditional type 3 is in ‘past participle’ form.
Look at the previous examples:
  1. If she had studied law in college, she would have become a lawyer.
  2. If I had eaten breakfast, I would not have fainted.
  3. I would have won the contest if I had practiced more often.
  • The verbs in the first example are ‘studied’ which is past participle of study, and‘become’ which is past participle of become.
  • The second one are ‘eaten’ which is past participle of eat, and ‘fainted’ which is past participle of faint.
  • The last ones are ‘won’ which is past participle of win; and ‘practiced’ which is past participle of practice.
The ‘IF CLAUSE’ is always written in past perfect tense. While the ‘MAIN CLAUSE’ is always written in perfect conditional.
Look at the ‘IF CLAUSE’ in example number 1: after the SUBJECT (She) there is always ‘had’ with ‘past participle verb’ (studied), so the ‘IF CLAUSE’ is If she had studied.
Look at the ‘MAIN CLAUSE’ in example 1: after the SUBJECT (she), there is ‘would have’ with ‘past participle verb’ (become), so the sentence is she would have become.
The verbs in both clauses are always in past participle.
‘IF CLAUSE’ can be written first and ‘MAIN CLAUSE’ next or vice versa. It would not change the meaning.
          IF CLAUSE: IF + (Subject) + had + past participle
          MAIN CLAUSE: IF + (Subject) + would have + past participle




MAPEL KIMIA BAB 11 Sistem Koloid

  Pada artikel kali ini, kita akan belajar tentang materi koloid, mulai pengertian, jenis-jenis, cara pembuatan, sampai manfaat koloid dalam...