Ads

Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 12 Januari 2021

MAPEL FISIKA KELAS 12 Radioaktif




 A. Sejarah Penemuan Unsur Radioaktif


Berawal dari penemuan sinar X pada tahun 1895 oleh Wilhelm Konrad Rontgen (1845 - 1923) bahwa beberapa unsur dapat memancarkan sinar-sinar tertentu. Para ahli tertarik untuk mengadakan penelitian tentang unsur tersebut. Setahun kemudian Antoine Henre Becquerel (1852 - 1908) mengamati garam uranik sulfat (K2UO2(SO4)2) memancarkan sinar (radiasi) secara spontan. Gejala ini dinamakan keradioaktifan, sedangkan unsur yang memancarkan radiasi disebut unsur radioaktif.

B. Sinar Radioaktif

Sinar yang dipancarkan oleh unsur radioaktif memiliki sifat-sifat:

1. dapat menembus lempeng logam tipis;
2. dapat menghitamkan pelat film;
3. dalam medan magnet terurai menjadi tiga berkas sinar.

Pada tahun 1898 Paul Ulrich Villard menemukan sinar radioaktif yang tidak dipengaruhi oleh medan magnet yaitu sinar gamma (γ ). Setahun kemudian Ernest Rutherford berhasil menemukan dua sinar radioaktif yang lain, yaitu sinar alfa (α ) dan sinar beta ( β ).

1. Sinar Alfa (α)

Sinar alfa merupakan inti helium (He) dan diberi lambang  42  α  atau  4He .

Sinar α memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. bermuatan positif sehingga dalam medan listrik dibelokkan ke kutub
negatif;
b. daya tembusnya kecil (α β γ );
c. daya ionisasi besar (α β γ ).

2. Sinar Beta (β)

Sinar beta merupakan pancaran elektron dengan kecepatan tinggi dan
diberi lambang   01β   atau   01e.

Sinar beta memiliki sifat-sifat:
a. bermuatan negatif sehingga dalam medan listrik dibelokkan ke kutub positif;
b. daya tembusnya lebih besar dari α ;
c. daya ionisasinya lebih kecil dari α .


3. Sinar Gamma (γ)

Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang pendek dan diberi lambang    00γ  .

Sinar γ  memiliki sifat-sifat:
a. tidak bermuatan listrik, sehingga tidak dipengaruhi medan listrik;
b. daya tembusnya lebih besar dari α dan β;
c. daya ionisasi lebih kecil dari α dan β.

Selain sinar α β dan γ unsur radioaktif juga memancarkan partikel yang lain, misalnya positron (elektron positif) 0+1, neutron 10, proton 11 , detron 21dan triton 31.




                                     Sinar α dan β dipengaruhi medanlistrik.


Daya tembus sinar α , β dan γ .

Bila unsur-unsur radioaktif memancarkan sinar α atau β maka akan berubah menjadi unsur lain.

• Bila unsur radioaktif memancarkan sinar α , akan menghasilkan unsur baru dengan nomor atom berkurang dua dan nomor massa berkurang empat.

Contoh:
22688Ra  è  22286Rn  +  42α

• Bila unsur radioaktif memancarkan sinar β , akan menghasilkan unsur baru dengan nomor atom bertambah satu dan nomor massa tetap.

Contoh:
23490Th è  23491Pa   +  0-1β

Pemancaran sinar γ dari unsur radioaktif tidak menghasilkan unsur baru.

C. Stabilitas Inti
Dalam inti atom terdapat proton dan neutron yang disebut nukleon (partikel penyusun inti). Suatu inti atom (nuklida) ditandai jumlah proton dan jumlah neutron. Secara umum nuklida dilambangkan dengan:
X
Z           
dimana è   = nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron
= nomor atom = jumlah proton

Kestabilan inti ditentukan oleh imbangan banyaknya proton dan neutron,
karena neutron dalam inti berfungsi menjaga tolak-menolak antar proton.

Untuk unsur yang kecil, jumlah neutron sama atau sedikit lebih banyak dari pada proton.
Untuk unsur yang berat jumlah neutron lebih banyak daripada  proton.


Contoh :
Nuklida yang stabil dengan nomor atom terbesar 83 yaitu 20983 Bi, sedangkan nuklida dengan > 83 tidak stabil.
Sampai dengan nomor atom 80 inti-inti stabil semakin besar angka banding
neutron dengan proton.
 Inti 4020Ca adalah inti stabil terberat yang angka banding neutron-protonnya adalah 1.

Inti yang tidak stabil (bersifat radioaktif) memiliki perbandingan n/p di luar pita kestabilan, yaitu:
1. di atas pita kestabilan
2. di bawah pita kestabilan
3. di seberang pita kestabilan

D. Peluruhan

Inti yang tidak stabil akan mengalami peluruhan yaitu proses perubahan dari inti yang tidak stabil menjadi inti yang lebih stabil.

Inti yang terletak di atas pita kestabilan, memiliki harga n/terlalu besar (kelebihan neutron), akan mencapai kestabilan dengan cara:

a. Memancarkan sinar (elektron)

Pada proses ini terjadi perubahan neutron menjadi proton.
10è   11 +   0-1 e

Contoh:
146è 147N + 0-1 e

3516è 3517 Cl + 0-1 e

13755Cs è 13756Ba + 0-1 e

b. Memancarkan neutron
Proses ini jarang terjadi di alam, hanya beberapa inti radioaktif yang mengalami proses ini.

Contoh:
52He è 42He + 1n

Inti yang terletak di bawah pita kestabilan memiliki harga n/yang terlalu kecil (kelebihan proton), akan mencapai kestabilan dengan cara:

a. Memancarkan positron
Pada proses ini terjadi perubahan proton menjadi netron.
11 è 10 01e

Contoh:
116è115B + 01e

b. Memancarkan proton (proses ini jarang terjadi)

Contoh:
3316è 3215P + 11p

c. Menangkap elektron

Elektron terdekat dengan inti (elektron di kulit K) ditangkap oleh inti atom sehingga terjadi perubahan
11 0-1 ==> 1n

Contoh:

4019K + 0+1è 4018Ar

9042Mo + 0-1è 9041Nb

Inti yang terletak di seberang pita kestabilan (Z > 83) mencapai kestabilan dengan cara memancarkan alfa.

Contoh:
21684Po è 21282Pb  +  42α

E. Kecepatan Peluruhan

Telah kita pelajari bersama bahwa nuklida yang tidak stabil akan mengalami peluruhan menjadi nuklida yang lebih stabil. Kecepatan  peluruhan tiap nuklida berbeda-beda tergantung jenis nuklidanya. Bila ditinjau dari segi orde reaksi, peluruhan nuklida radioaktif mengikuti reaksi
orde satu. Hal ini dapat kita gambarkan sebagai berikut:



Bila adalah jumlah zat radioaktif pada waktu t, maka jumlah yang  terurai tiap satuan waktu dapat dinyatakan dengan persamaan diferensial, yaitu:

dN  = λ N
dt

, dimana λ = tetapan peluruhan, yang besarnya tergantung jenis zat radioaktif.
 Bila persamaan di atas diintegralkan akan menjadi:

N0eλ t ,
 dengan N0 = jumlah zat radioaktif pada saat = 0 (mula-mula).

Pada gambar di atas tampak bahwa setelah waktu jumlah zat radioaktif menjadi ½ dari jumlah pemula. Dalam hal ini kita mengenal  waktu yang diperlukan oleh zat radioaktif untuk meluruh menjadi separuh  (setengah) dari jumlah semula, yang dikenal dengan waktu paruh (½ ).

Jadi, pada saat ½  , maka = ½ N0 ,

Sehingga :

1  =    0,693
   2           λ

Bila  :
jumlah zat radioaktif mulamula = N0 dan waktu paruh = t1/2,
maka setelah waktu paruh pertama  jumlah zat radioaktif tinggal  1/2N0
dan setelah waktu paruh kedua tinggal ¼ N0.
Setelah zat radioaktif meluruh selama waktu t, maka zat radioaktif yang tinggal (N)dapat dirumuskan dengan:
           
             
 =  1  t1/2    X  N0
         2




Contoh Soal :

1. Suatu zat radioaktif x sebanyak 12,8 gram dan memiliki waktu paruh 2 tahun. Berapa gram zat radioaktif x yang tersisa setelah 6 tahun?
Jawab:

Diketahui: N0 = 12,8 gram, 1/2      = 2 tahun, = 6 tahun
                 
Ditanyakan:  N = ...

             
 =  1  t1/2    X  N0
         2
             
 =  1   2    X  12,8
         2
             
 =  1  3    X  12,8
         2

 =  1     X  12,8  = 1,6 gram
         8
2. Suatu radioisotop memiliki massa 8 mg. Setelah beberapa hari, massanya berkurang menjadi 2 mg. Jika waktu paruh radioisotop tersebut 20 hari, telah berapa lamakah radioisotop tersebut meluruh?
Jawab
Diketahui
Nt = 2 mg
N0 = 8 mg
1/2 = 20 hari
Nt = ( 1/2 )n x N0
2 = ( 1/2 )n x 8
1/2 )1/4
= 2
  t
       t1/2
n × t 1/2 = 2 x 20 = 40
Jadi, radioisotop tersebut telah meluruh selama 40 hari.


LATIHAN SOAL

1. Setelah disimpan selama 40 hari, massa unsur radioaktif tinggal 6,25% dari massa semula. Berapa hari waktu paruh unsur radioaktif tersebut?
2. Sebanyak 64 gram suatu nuklida radioaktif memiliki waktu paruh 25 hari, berapa gram yang tersisa setelah disimpan 100 hari?
3. Suatu isotop radioaktif pada tanggal 14 Juli 2006 menunjukkan aktivitas 40.000 dps. Berapa dps aktivitas radioaktif tersebut pada tanggal 25 Agustus 2006 pada jam yang sama?
4. Suatu mineral uranium tersusun dari 0,790 gram U-238 dan 0,205 gram Pb-206 yang berasal dari peluruhan U-238. Bila waktu paruh U-238 adalah 4,5 × 109 tahun, tentukan umur mineral tersebut!

5. Manuskrip kuno bila diukur aktivitas C-14nya 150 cpm. Bila aktivitas C-14 dalam makhluk hidup = 180 cpm dan waktu paruh C-14 adalah 5770 tahun, perkirakan umur manuskrip tersebut!



Read more: http://bedahrumus.blogspot.com/2015/12/materi-dan-contoh-soal-kimia-kelas-xii.html#ixzz6jLKE341l

Senin, 11 Januari 2021

MAPEL KIMIA KELAS 10 Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

 

Larutan Elektrolit – Kimia Kelas 10 – Teori, Klasifikasi, dan Perbedaan

Larutan Elektrolit - Kimia Kelas 10

Artikel ini akan membahas secara detail mengenai sejarah dan teori tentang larutan elektrolit, klasifikasi dan sifat larutan elektrolit, perbedaan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit, serta aplikasi larutan elektrolit dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, simak!

Halo Quipperian! Tahukah kamu, kalau di setiap aspek kehidupan kita dipenuhi oleh manfaat dari larutan elektrolit? Tahukah kamu, kalau di dalam tubuh kita juga terdapat cairan elektrolit yang dapat membantu melancarkan impuls pada syaraf kita? Tidak hanya itu, lho, larutan elektrolit juga dapat dipakai sarana untuk sumber energi pada accumulator (aki) sehingga mesin kendaraan dapat berjalan. 

Selain itu, larutan elektrolit juga merupakan parameter atas pencemaran air yang ada di sungai. Menarik bukan? Pleh sebab itu, Quipper Blog akan membahas tentang Larutan Elektrolit. Penasaran? Check this out!

Asal Mula Larutan Elektrolit

Gagasan atau ide lahirnya larutan elektrolit berasal dari percobaan Svante August Arrhenius (1859-1927), seorang ilmuwan asal Swedia. Menurut Arrhenius, zat elektrolit dalam larutannya akan terurai menjadi partikel-partikel yang berupa atom atau gugus atom yang bermuatan listrik yang dinamakan ion

Ion-ion zat elektrolit tersebut selalu bergerak bebas dan ion-ion inilah yang sebenarnya menghantarkan arus listrik melalui larutannya. Oleh sebab itu, Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dan non elektrolit juga didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang akan menghantarkan arus listrik. 

Apabila dalam larutan terdapat ion, larutan tersebut bersifat elektrolit. Sedangkan jika larutan tersebut tidak terdapat ion larutan tersebut bersifat non elektrolit. Sehingga Arrhenius menyimpulkan bahwa larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik

Hasil Percobaan Faraday

Gagasan tentang larutan elektrolit juga lahir dari percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday. Hasil percobaaan yang dilakukan Faraday adalah jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas. Gelembung gas ini terbentuk karena ion (+) mengalami reaksi reduksi dan ion (-) mengalami oksidasi. Sebagai contoh, pada larutan HCl terjadi karena reaksi elektrolisis yang menghasilkan gas H2 sebagai berikut: 

Sehingga dari penjelasan di atas, kita juga dapat menyimpulkan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit berasal dari reaksi kimianya

Contoh jika NaCl (garam dapur) dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion (+) dan ion (-). Ion (+) dinamakan kation sedangkan ion (-) dinamakan anion. 

Larutan NaCl termasuk larutan elektrolit. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut: 

Namun jika gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai menjadi ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan. Sehingga larutan gula termasuk larutan non elektrolit. Contoh reaksi kimia dari gula adalah sebagai berikut: 

Contoh lainnya dalam larutan elektrolit adalah larutan garam gapur, larutan cuka (CH3COOH), larutan asam sulfat (H2SO4), dan air laut (H2O). Contoh larutan non elektrolit adalah larutan urea(CON2H4), larutan alkohol, dan larutan glukosa. 

Jenis-jenis Larutan Elektrolit

Berdasarkan kuat-lemahnya daya hantaran listrik, larutan elektrolit dibagi menjadi dua jenis yaitu larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat adalah larutan elektrolit yang mengalami ionisasi sempurna. Larutan elektrolit kuat mengalami ionisasi sempurna sehingga derajat ionisasinya (α) = 1

Sedangkan larutan elektrolit lemah adalah larutan elektrolit yang mengalami sedikit ionisasi (terion tidak sempurna), sehingga derajat ionisasinya (α) adalah 0 < α ≤ 1. Perbedaan antara larutan elektrolit kuat dan lemah ditunjukkan pada tabel 1. 

Sumber: http://www.materi78.co.nr/kimia

Perbedaan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Larutan elektrolit dan non elektrolit memiliki karakteristik sifat yang berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut: 

Sifat larutan elektrolit:

  • Dapat menghantarkan listrik
  • Memiliki derajat ionisasi yang berkisar antara 0 < α ≤ 1
  • Jika dinyalakan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu menyala
  • Penghantar listrik yang baik
  • Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
  • Contoh dari elektrolit kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HF); Basa kuat (NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, LiOH).

Sedangkan larutan non elektrolit:

  • Tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak dapat terionisasi
  • Memiliki derajat ionisasi α = 0 (tidak terionisasi)
  • Tidak dapat menyalakan lampu dan tidak menghasilkan gelembung pada elektroda, karena tidak dapat menghantarkan listrik 
  • Derajat ionisasi = 0, contohnya adalah larutan gula, larutan alkohol, larutan urea. 

Derajat ionisasi adalah parameter larutan elektrolit di mana secara matematis nilainya adalah perbandingan jumlah mol dari zat yang terionisasi dengan zat mula-mula

Dimana α = 1 (elektrolit kuat), 0 < α < 1

Manfaat Larutan Elektrolit bagi Kehidupan

Larutan Elektrolit memilik banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Pada bagian mesin kendaraan, larutan elektrolit digunakan untuk sel elektrokimia seperti pengisi Aki, baterai, ataupun jembatan garam. Larutan elektrolit juga digunakan sebagai parameter pencemaran air di suatu tempat. Indikator pencemaran air menggunakan larutan elektrolit adalah sebagai berikut: 

  1. pH, yaitu tingkat keasaman yang dimiliki oleh air.
  2. DO (Dissolved Oxygen), yaitu jumlah oksigen yang terlarut dalam air.
  3. BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup dalam air untuk hidup.
  4. COD (Chemical Oxygen Demand) yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk melakukan reaksi kimia dalam air.  BOD dan COD yang tinggi akan menurunkan nilai DO.
  5. TDS (Total Dissolved Solid), yaitu jumlah zat yang terlarut dalam air. 

Suatu wilayah yang memiliki air yang baik jika air tersebut memiliki pH sekitar 7 (netral)DO yang tinggi, BOD, COD, dan TDS yang rendah. Sedangkan suatu wilayah yang memiliki air yang buruk jika air yang memiliki pH <7 (asam) atau pH >7 (basa), DO yang rendah, BOD, COD, dan TDS yang tinggi. 

Dalam tubuh manusia, keberadaan cairan elektrolit sangat penting. Karena fungsi cairan elektrolit ini terkait dengan mekanisme metabolisme tubuh seperti ion pengaktif enzim, pembentuk hormon, dan melancarkan impuls pada syaraf.


MAPEL KIMIA BAB 11 Sistem Koloid

  Pada artikel kali ini, kita akan belajar tentang materi koloid, mulai pengertian, jenis-jenis, cara pembuatan, sampai manfaat koloid dalam...